Hari itu saya berada di kamar sendirian. 21
Desember 2017. Bersama dengan sebuah laptop lalu saya menulis di dalamnya (tapi
bukan menulis langsung di laptop dengan pulpen). Hujan waktu itu bisa dibilang
deras, sehingga air masuk di rumah. Itulah yang dimaksud dengan “banjir” (semua
orang tahu kalau itu banjir). Tingginya sekitar 7 cm.
Motor saya pada waktu itu saya titip di
rumah tetangga karena tidak bisa masuk. Jembatan pembatas antara rumah saya
dengan selokan hanyut oleh gelombang banjir. Sehingga saya memutuskan untuk
memerbaikinya. Waktu itu gelap jadi saya agak sulit untuk mengatasinya.
Tak ada yang bisa saya lakukan waktu itu.
Selain salat, makan, dan minum. Tidak lupa pula menulis blog di zulfitrah-ramadhan.blogspot.com.
Saya hanya melakukan itu di atas tempat tidur yang berkasur tidak terlalu
empuk.
Beberapa baju dan celana basah kuyup
karena pada sore harinya saya pulang dengan memakai baju dan celana basah—walaupun
memakai mantel. Tidak hanya itu, keranjang baju saya basah olehnya. Untung buku-buku
saya tidak ikut-ikutan basah. Jadi saya masih bisa membaca buku-buku yang
berjejeran di lemari (walaupun itu lemari baju).
Makan malam telah tiba. Sehabis salat
Isya saya menyantap sebungkus mie goreng Indomie di dalam kamar. Sendirian.
Eh, saya bagi juga dengan nenek saya. Karena saya tinggal bersama nenek.
Alhamdulillah setelah beberapa jam saya
bersabar menunggu akhirnya air perlahan turun. Saya pun segera memerbaiki
posisi jembatan depan rumah lalu membawa motor saya masuk rumah.
Posting Komentar
Posting Komentar